Saya habis liat-liat kompasiana terus nemu quote ini di tulisan orang. Nggak exactly persis sama sih, tapi intinya mirip lah. Does it speak to me? Well yes it does, very.
Mungkin waktu bocah dulu kita bisa selow-selow aja, apa-apa dipilihin sama orang tua: baju, model rambut, sekolah, sampe kadang teman pun dipilihin. Tapi pada suatu titik kita udah dilepas, dan akhirnya merasakan yang namanya struggle dalam menentukan pilihan sendiri. Ada bonusnya pula: setiap pilihan yang kita buat ada konsekuensinya, dan sepenuhnya jadi tanggung jawab kita sendiri.
Jadi inget kapan hari liat video motivasi-motivasi gitu, ceritanya tentang seorang tukang mabok yang punya anak kembar. Tiap hari dari pas si kembar ini masih kecil, mereka liat sendiri tabiat bapaknya kayak gimana. Tapi pas mereka udah gede, si kembar ini jadi dua orang dengan tabiat bertolak belakang. Yang satu jadi tukang mabok persis bapaknya, yang satunya lagi jadi anti miras, nggak pernah 'minum' barang setetes pun.
Dan ketika mereka ditanya "Kenapa kamu suka mabuk-mabukan?" dan "Kenapa kamu anti banget sama miras?" Mereka punya jawaban yang sama persis: "Saya begini karena saya lihat bapak saya."
So they were exposed with the same poor example, but they made totally different choices. And that's what made them who they are.
Intinya, siapa kita dan gimana hidup kita sekarang itu adalah akumulasi dari pilihan-pilihan kita sendiri. We're rich because we chose to be rich. We're alone because we chose to be alone. We're happy because we chose to be happy.
Jadi kayaknya sudah saatnya berhenti nyalahin orang lain atau nyalahin keadaan kalo hidup kita nggak sesuai yang kita inginkan.
May we always be guided toward making better choices.
Amen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar