Demi hidup sehat, saya selalu punya stok buah di kosan. Karenanya, kira-kira seminggu sekali saya selalu ke Total Buah Segar di Wolter Monginsidi untuk refill stok. Yang paling rajin saya beli adalah.. Jeruk! Oh yes I am a huge fan of oranges. Seringnya saya beli jeruk Ponkam yang sekilonya 25an ribu. Atau kalo stok Ponkam kosong belinya jeruk Medan yang lebih mahalan dikit, 30an lebih lah. Sering juga beli pir potongan. Atau beli flan pudding, yang rasa mangga nya maknyus sekali.
Total ini posisinya di pojokan, pertigaan Jalan Wolter Monginsidi dan Jalan Cikajang. Nah. Jalan Cikajang ini, sodara-sodara, ternyata menyimpan pusaka(?) kuliner yang nggak bisa disepelekan. Suatu hari saya pulang dari Total lewat Cikajang dan baru menyadari hal itu. Di kanan kiri jalan berderet tempat-tempat makan beraneka ragam. Setelah beberapa kali hanya lewat, akhirnya minggu lalu saya (dan rekan) memutuskan untuk take a small step toward menyingkap pusaka kuliner Cikajang. And it is started with.. Rawon Nguling.
Rawon Nguling, tampak depan |
Gambar di atas merupakan hasil gugling. Saya ke Rawon Nguling nya malem-malem. :3
Oke. Kenapa rawon? Karena sebenarnya saya kepingin rujak cingur yang dijual di Depot Malang, salah satu tempat makan incaran saya di Cikajang. Namun apa mau dikata, sang depot ternyata jam bukanya terbatas, jam 18.00 sudah tutup. Sementara saat itu kondisinya sudah ba'da Isya. Ya sudah, akhirnya pilihan jatuh ke rawon, nggak jauh-jauh banget sama rujak cingur, kan sama-sama masakan Jawa timur! *maksa*
Heheheh, tapi memang saya lagi kangen rawon juga sih. Udah lama, entah kapan terakhir makan rawon.
Yak! Lanngsung begitu kami masuk, kami langsung lihat menu, ingin segera pesan berhubung hari itu puasa dan baru makan takjil saja, lapar bro. Apa saja yang dijual disana? Aduh. Tentu saja rawon lah primadona nya. Ada rawon daging, rawon buntut, rawon dengkul. Harganya lumayan juga, 25 sampai 30an ke atas, saya lupa, belum termasuk nasi. Berhubung saya anak kosan yang berpegang teguh pada prinsip ekonomi(s), mata langsung tertuju pada menu nasi rawon yang harganya hanya 18ribuan. Rekan pun setuju, kami pesan nasi rawon plus es teh manis seperti biasa. Berikut penampakan meja kami setelah pesanan datang:
Tadaaaaa! |
Jadi ya, nasi rawon yang kami pesan itu berwujud sepiring nasi putih yang sudah tenggelam dalam kuah rawon, plus beberapa potong daging yang tidak terlalu royal. Pantesan ekonomis, hihi. Bersama dengan pesanan kami, diantarkan juga berbagai pelengkap, seperti sambal, toge, telur asin, dan gorengan (tahu, tempe, empal, paru, babat, perkedel, otak).
Rawon |
Kalo ditanya, enak nggak rawonnya? Woo, enak! Buat saya porsinya pas, nggak kebanyakan, nggak kurang. Kuahnya sedap, asinnya pas, agak manis tapi cuma sedikiiiiit. Cuman kayaknya kluweknya kurang ya, kurang hitam soalnya warnanya. Dagingnya walau cuma sak mpret, enak dan empuk. Jangan lupa ditaburi toge dulu sebelum makan. Dan makan rawon juga belum afdol kalau tanpa yang satu ini: telur asin! Nyaam.
Gorengan |
Tadinya saya sudah sangat tergoda untuk mengambil paru goreng di piring gorengan. Habisnya, tempting sekali, nggak terlalu tebal, nggak tipis juga, nggak terlalu kering, nggak berminyak. Pasti kenyal empuk gurih gimana gitu rasanya. Haha. Tapi begitu ngelirik daftar harga di menu, buset. 9ribu untuk sebiji paru. Urunglah niat saya. Hiks.
Overall, makan di Rawon Nguling ini cukup memuaskan! Melipur rindu yang mendalam akan rawon, sekaligus mengisi lambung yang kosong seharian. 2 porsi nasi rawon, 2 es teh manis, 1 telur asin, dan 1 kerupuk, ditebus dengan duit sekitar 50ribuan. Kalau anda beli rawon nya yang bukan versi ekonomis, mungkin ya jatuhnya sekitar 80ribuan lah ya berdua.
Selamat mencoba! ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar