Kalau ditanya, transportasi apa yang paling nyaman sekaligus ekonomis di ibukota? Mungkin saya bakal jawab: busway!
|
Busway a.k.a TransJakarta |
Oke saya tahu istilah 'busway' di sini salah kaprah, karena 'busway' itu sendiri artinya jalan untuk bus, jalanannya, bukan busnya. Tapi semua pasti setuju kalau sebutan 'busway' lebih ringkas daripada TransJakarta, dan toh ketika saya bilang 'busway', anda pasti tahu yang saya maksud adalah bus TransJakarta, jadi ya sudah. :3
Sebelum membahas busway, saya mau intermezzo sedikit nih, tentang.. jembatan penyeberangan.
|
Jembatan penyeberangan depan BIP |
Selama tinggal di Bandung saya sama sekali tidak mernah menggubris yang namanya jembatan penyeberangan. Ya, saya tahu jembatan penyeberangan itu ada, yang sering saya lihat ya yang di jalan Merdeka dan Soekarno Hatta. Tapi sekedar tahu, tidak menggunakan. Prinsip saya: ngapain capek-capek pake jembatan penyeberangan kalo nyebrang manual aja bisa?
Tapi semua berubah ketika kerajaan api menyerang saya beralih dari Bandung ke Jakarta. Di Jakarta ternyata banyak sekali tol dalam kota. Yakali nyebrang manual di tol, mana ada kan. Bukan tol pun, banyak sekali jalanan yang pembatas jalannya bukan cuma rumput atau tanah, tapi pagar! Alhasil, tidak ada pilihan lain, saya dengan terpaksa harus menggunakan jembatan penyeberangan yang sebelumnya cuma bisa saya pandangi dari jauh.
Alasan lainnya saya harus menggunakan jembatan penyeberangan adalah, yak benar! Karena saya butuh ke halte busway! Halte busway itu terletak di tengah jalan, tepat di pemisah antara jalur cepat yang ke arah sini dan jalur cepat yang ke arah sana. Untuk mencapainya, kita lewat jembatan penyeberangan. Jadi, di Jakarta, jembatan penyeberangan itu benar-benar multifungsi, nggak cuma jadi pajangan kayak di Bandung.
Oke balik lagi ke busway. Wujud dari busway adalah bus lumayan besar merek Mercy, Hino, Daewoo, dan sebagainya, dengan fasilitas tempat duduk cukup nyaman yang berada di sisi kanan kiri bus menghadap ke dalam, serta sebaris tempat duduk menghadap ke depan di bagian paling belakang bus. Tersedia juga pegangan-pegangan yang digantung di railing besi untuk para penumpang yang berdiri. Setiap bus dilengkapi AC yang mantap dan dinginnya terasa walau bus sedang sangat penuh pun. Pintu masuk ada di kanan kiri, akan terbuka kanan saja atau kiri saja, tergantung haltenya ada di sisi mana. Jumlah pintu tergantung panjang bus, ada yang 1, 2, dan 3 pasang. Pintu masuk penumpang sengaja dibuat cukup tinggi dari permukaan tanah karena memang ditujukan untuk hanya bisa dimasuki dari halte.
|
Interior Busway |
Yang cukup menyenangkan, di busway ada ruang khusus wanita. Yaitu ruangan bus mulai dari belakang sopir sampai batas yang ditentukan. Menurut saya ideal sekali ada ruang khusus seperti ini. Bukannya sok eksklusif dan dimuliakan mentang-mentang wanita, tapi ini bagus untuk menghindari ketidaknyamanan para wanita terhadap kemungkinan digrepe-grepe maupun ketidaknyamanan lainnya yang bisa terjadi jika berdesak-desakan dengan lelaki. Saya juga senang karena di ruang khusus wanita, mau sesumpek apapun, rata-rata tetep wangi-wangi, hehe.
|
Ruang Khusus Wanita |
Sopir busway biasanya terpisah dengan ruangan penumpang, pemisahnya macam-macam jenisnya, ada yang cuma sekat kaca saja, ada juga yang benar-benar berbentuk ruangan sopir. Wujud sopir busway nya lebih bermacam-macam lagi. Dan tidak sedikit sopir busway yang wanita! Nggak tau kenapa di mata saya gagah aja gitu sopir busway cewek. :3
|
Srikandi Busway Masa Kini |
Untuk ongkosnya, sekali beli tiket harganya 3500 rupiah, tapi sebelum jam 7 pagi harganya 2000 rupiah saja! Dengan asumsi kondisi ideal dan nggak superpenuh, memang bepergian naik busway itu jadi super nyaman dan ekonomis. Tapi pada kenyataannya, menurut saya saat ini jumlah armada busway belum cukup memadai. Akibatnya? Yang pengguna busway pasti ngerti: Nunggu busway lama! Busway penuhnya udah kayak kita dijejelin ke kaleng sarden!
|
Antrian Busway |
|
Can be worse, and worse, and worse than this. |
True story, baru kemarin nih pengalamannya, masih fresh: saya pulang kantor jam 5.15, jalan ke halte busway 15 menit, sampe halte setengah 6. Sampai halte saja antrian sudah panjang, jarak kedatangan busway juga lamaa sekali rasanya. Saya baru berhasil masuk busway setengah jam kemudian. Tapi jangan kira setelah itu saya sudah berhasil meloloskan diri dari prahara kehidupan. Kondisi Jakarta saat itu sedang hujan dan angin kencang, jalanan lebih macet dari biasanya. Butuh waktu nyaris sejam dari halte Bank Indonesia sampai halte GBK. Fiuh. Padahal dalam kondisi normal lancar jaya, butuh sepuluh menit saja.
Berbekal pengalaman pahit dan bikin varises seperti itu, kalau ditanya kecewa atau tidak dengan yang namanya busway? Ya kecewa lah yaa. Tapi overall ketika sedang lancar atau hoki dapat bus yang tidak penuh, saya masih menikmati. Saya sebagai pengguna busway sih pinginnya armadanya ditambah, biar gap antar bus bisa lebih singkat, dan bisa nampung penumpang lebih banyak. Semogaaaa.
Bukannya nggak mungkin kan kalau busway dengan fasilitas dan pelayanan lebih memuaskan bisa mulai menggiring penduduk ibukota untuk beralih dari kendaraan pribadi? :D
Oke terakhir, ini sedikit tips 'n trik buat pengguna busway newbie (cem saya udah expert aja haha):
- Mind the platform gap. Kadang ya ada aja orang yang nggak hati-hati atau gara-gara kedorong-dorong sampe jatuh (atau hampir jatuh) di celah antara lantai halte dan pintu busway.
- Aturan klasik di kendaraan umum, dijaga barang-barang berharganya, tas hape dompet laptop, semua. Yang bawa ransel taruh di depan. Waspada!
- Buat para wanita, disarankan untuk menempati ruang khusus wanita bila memungkinkan, karena akan lebih aman dan nyaman. :3
- Bagi yang berdiri, pasang kuda-kuda yang kokoh. Haha cem kungfu aja. Eh tapi penting juga ini biar nggak heboh pas ngerem mendadak.
- Perhatikan jumlah platform di halte tujuan. Ada halte-halte yang cuma punya satu platform sehingga ketika kita naik busway dengan 3 pintu, kita hanya bisa keluar di pintu tengah. Berabe kan kalau kita posisinya ada di pintu depan dan busway lagi penuh-penuhnya, susah gerak ke tengah. Jangan sampai kebablasan gara-gara nggak sempet keluar ya.
Demikian! Jangan kapok-kapok pokoknya untuk naik busway. Walau masih belum seratus persen memuaskan, tapi manfaatnya nyata dan dibutuhkan masyarakat. Ibarat DWDM di sistem komunikasi optik, si busway ini berperan sebagai semacam backbone di ibukota. Mau kemana-mana di Jakarta bisa naik busway, oper koridor, naik busway lagi, sampai halte terdekat dari tujuan. Setiap halte ibaratnya terminal add-drop. Penumpang bisa turun dan naik disitu, bisa didistribusikan ke sarana transportasi lain dengan kapasitas lebih kecil, sebut saja metromini, kopaja, sampai dengan bajaj. Baiklah! Sebelum muncul lagi istilah-istilah aneh lainnya, izinkan saya cut dulu sampai di sini, ditunggu saja episode berikutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar