Jumat, 07 Juni 2013

Don't Judge My Path, If You Haven't Walked My Journey

Saya sering tidak habis pikir.

Orang yang kerja di swasta: "Kok orang mau-maunya ya kerja di BUMN, banyak gabutnya, nggak bisa memaksimalkan kompetensi yang dimiliki sesuai bidangnya, senioritas kental sekali pula, mau naik jabatan ribet mesti punya backingan ini backingan itu. Emang iya sih tunjangan banyak, tapi mana betah.."

Sementara orang BUMN: "Ngapain juga ya orang-orang pada betah kerja di swasta, enakan juga kayak gw hidup terjamin, anak istri tunjangan tercover, nggak perlu kerja rodi lembur tiap hari juga, sip enak banget pokoknya.."

Kasus lain, ibu rumahtangga: "Aduh ngapain juga sih cewe-cewe masih ngebet banget kerja, jadi wanita karir, padahal kan mesti ninggalin keluarga, anak-anak diurus pembantu, suami gak keurus, belum lagi kalo karirnya lebih tinggi dari suami, bisa jadi bahan cekcok kan.. Wanita itu ya lebih baik banyak di rumah, cari nafkah itu bagian suami.."

Sementara, wanita karir: "Kasihan sekali ya perempuan yang cuma bisa di rumah aja, nggak kerja, mereka jadi kayak terkungkung dengan rutinitas, kerjaan cuma ngurus rumah, ngurus anak, padahal sebenernya mereka juga punya potensi lain yang bisa dimaksimalkan seandainya dikasih kesempatan bekerja, ini era emansipasi gitu loh.."


Atau ini, orangtua #1: "Pasti tertekan banget ya anaknya Jeng A, dari kecil dibebani les ini les itu, kursus macem-macem, disuruh ikut lomba ini itu, iya sih emang jadi menonjol di sekolahnya, tapi nggak hepi lah ya, kok kayaknya hidupnya diatur banget. Pasti nanti lulus SMA disuruh masuk kedokteran juga biar kayak bapak ibunya.."

Dan ini, orangtua #2: "Idih, anaknya Jeng B katanya kuliah jurusan seni tari? Mau jadi apa dia setelah lulus nanti? Penari? Mbok ya disekolahin di jurusan yang lebih bagus, yang nanti habis lulus bisa kerja beneran yang mapan, nggak cuma  nari-nari nggak jelas. Mbok ya dibedakan yang namanya hobi sama masa depan, kalo anaknya seneng nari kan dilesin aja bisa.."

Ada lagi, mahasiswa #1: "Itu si X niat apa engga sih kuliahnya? Banyak tugas banyak ujian bukannya belajar eh malah ngurusin dagangan mulu. Kalo mau dagang mah nggak usah kuliah kali, disekolahin tinggi-tinggi, dibayarin mahal-mahal sama ortu eh ngga serius.."

Sementara, Mahasiswa #2: "Heran dah temen-temen pada serius-serius amat belajarnya. Pada ngejar apaan sih? Nilai? IP? Ntar habis lulus pasti pada pengen kerja di tempat-tempat bergengsi palingan ya? Cita-cita kok jadi pegawai. Mending belajar jadi entrepreneur kayak gw.."

Orang itu senang sekali men-judge orang lain, yang hidupnya tidak sama dengan standar normal mereka. Bisa dengan celetukan-celetukan yang dilontarkan di belakang, bahkan bisa juga cuma dengan membatin. Tapi itu otomatis, men-judge itu otomatis. Terbiasa. Atau dibiasakan?

Padahal setiap manusia itu unik. Mereka punya pilihannya masing-masing. Picik sekali ketika kita men-judge hidup yang sama sekali tidak kita jalani, apalagi sampai mengasihani pilihan hidup orang lain. 
Coba deh yuk, dibiasakan, jangan sok tahu. I live my life, you live yours, they live theirs, and none of us took exactly the same paths. :)

Tidak ada komentar: