ampun sodara2, jedanya terlalu lama terhadap postingan bagian 5. kami (saya, tapi diitung dua) di sini mengalami sedikit hambatan berupa the sims dan runningman. :">
sampai mana terakhir ya. hm. oke. masih berpetualang mengalay di jogja. dua jam berdiam di jogjatronik, begitu kami keluar, sudah nggak hujan. waktu menunjukkan pukul 16.30 versi jam tangan saya, terlalu geje kalau langsung ke stasiun (kereta saya jam 17.30), terlalu risky untuk melanjutkan ngalay. alhasil temen saya menawarkan ide nunggu kereta sambil ngopi2, tempatnya tepat di sebelah stasiun tugu, jadi kalo mau masuk stasiun tinggal ngesot. nggak harfiah loh ya -_-
kopi joss. saya mayan sering denger nama kopi joss. tapi sesungguhnya baru pas sama temen saya itu saya melihat dan merasakan sendiri itu kopi. apa istimewanya dibanding kopi biasa? arang. yaa, arang, sodara2. jadi segera setelah si penjual menyeduh kopi, satu atau dua butir (butir? haha) arang panas membara langsung dimasukkan ke dalam gelas berisi kopi panas, makin panaslah ia. sementara 'joss' nya itu berasal dari
efek suara ketika arang tercelup ke dalam kopi. rasanya gimana? yaa, rasa kopi aja. tapi, panas. superpanas. sensasional. membakar lidah. trus arangnya kerasa di mulut. berasa ngerokok deh. karsinogenik. yaa, yang penting gak sering2 lah yaa. ;)
setelah menikmati kopi joss dan beberapa cemilan a la angkringan jogja, saya pun akhirnya ngesot ke stasiun, sudah saatnya mengakhiri sehari yang penuh kealayan di kota jogja.
dua hari setelah ke jogja, saya kembali janjian ngalay. kali ini di solo, bersama dua orang teman sejurusan, yang satu domisili solo dan sekitarnya, satunya lagi orang purwodadi yang kebetulan kakaknya domisili solo.
ngalay hari itu diawali dengan jalan2 di daerah ngarsopuro. kawasan ini sepi dan tentram kalo siang. rapi sekali, bersih, gak pake sampah berserakan, di kanan kiri jalan berderet lampu2 dan ornamen2 jalanan lainnya yang unyu2. bagus buat foto2. di situ juga tempatnya pasar barang antik. setiap malam tiba, ngarsopuro berubah wujud menjadi jauh lebih cantik, berhias lampu2 jalanan yang menyala kelapkelip romantis. apalagi kalo malem minggu, jalanan ditutup, berubah jadi semacam pasarmalem, tenda2 yang jualan macem2 benda, makanan, maupun souvenir, ada panggung hiburannya juga. meriah. hidup.
bosen foto2, lama2 kami laper juga. memutuskan untuk makan di soto triwindu yang ngga jauh dari situ, bisa dijangkau dengan jalankaki kurang dari 5 menit dari pasar barang antik. soto triwindu ini udah jadi langganan keluarga sejak entah kapan. sejak pas tempatnya masih terpencil, masuk ke jalan kecil sebelah KUA. tepat di belakangnya langsung terhubung dengan pasar barang antik. sekarang udah dipindah di tempat yang lebih terlihat. soto triwindu itu soto daging, basically. disajikan di mangkok yang nggak terlalu besar, udah sekalian dicampur nasi. kuahnya bening, nggak kuning kunyit kayak soto2 jawatimuran. kalo pas jam makansiang, tempat ini biasanya dijejali pembeli. tapi jangan datang terlalu siang atau menjelang sore, biasanya udah habis2an, takutnya porsi daging di soto kita jadi semakin sporadis, antara ada dan tiada. :p
*bersambung ke bagian 7
efek suara ketika arang tercelup ke dalam kopi. rasanya gimana? yaa, rasa kopi aja. tapi, panas. superpanas. sensasional. membakar lidah. trus arangnya kerasa di mulut. berasa ngerokok deh. karsinogenik. yaa, yang penting gak sering2 lah yaa. ;)
setelah menikmati kopi joss dan beberapa cemilan a la angkringan jogja, saya pun akhirnya ngesot ke stasiun, sudah saatnya mengakhiri sehari yang penuh kealayan di kota jogja.
dua hari setelah ke jogja, saya kembali janjian ngalay. kali ini di solo, bersama dua orang teman sejurusan, yang satu domisili solo dan sekitarnya, satunya lagi orang purwodadi yang kebetulan kakaknya domisili solo.
ngalay hari itu diawali dengan jalan2 di daerah ngarsopuro. kawasan ini sepi dan tentram kalo siang. rapi sekali, bersih, gak pake sampah berserakan, di kanan kiri jalan berderet lampu2 dan ornamen2 jalanan lainnya yang unyu2. bagus buat foto2. di situ juga tempatnya pasar barang antik. setiap malam tiba, ngarsopuro berubah wujud menjadi jauh lebih cantik, berhias lampu2 jalanan yang menyala kelapkelip romantis. apalagi kalo malem minggu, jalanan ditutup, berubah jadi semacam pasarmalem, tenda2 yang jualan macem2 benda, makanan, maupun souvenir, ada panggung hiburannya juga. meriah. hidup.
bosen foto2, lama2 kami laper juga. memutuskan untuk makan di soto triwindu yang ngga jauh dari situ, bisa dijangkau dengan jalankaki kurang dari 5 menit dari pasar barang antik. soto triwindu ini udah jadi langganan keluarga sejak entah kapan. sejak pas tempatnya masih terpencil, masuk ke jalan kecil sebelah KUA. tepat di belakangnya langsung terhubung dengan pasar barang antik. sekarang udah dipindah di tempat yang lebih terlihat. soto triwindu itu soto daging, basically. disajikan di mangkok yang nggak terlalu besar, udah sekalian dicampur nasi. kuahnya bening, nggak kuning kunyit kayak soto2 jawatimuran. kalo pas jam makansiang, tempat ini biasanya dijejali pembeli. tapi jangan datang terlalu siang atau menjelang sore, biasanya udah habis2an, takutnya porsi daging di soto kita jadi semakin sporadis, antara ada dan tiada. :p
*bersambung ke bagian 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar