Rabu, 01 Mei 2013

Buitenzorg

Wiken lalu saya tidak pulang, daripada saya ngendon di kamar kosan, maka lebih baik saya jalan-jalan. Tujuan jalan-jalan kali ini adalah..
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-rW2lmHdhvm8zj8Br8saWv0OGlRs7B05L2PL7oFi0i4p_NW9qFWf570AmVbp7iNNoJhP_C_ERDimUJJqsLLHdZekQKW_jgWYicjOlwkW_f0SI8Mm_Wp25qN3nBPkpg3av2CVNg4GUFDGQ/s400/1_lambangBuitenzorg.jpg
Jengjengjeeng
Yap. Buitenzorg a.k.a kota Bogor! Karena kalau saya kesana sendiri takut ilang(?), maka saya ditemani oleh seorang partner. Perjalanan kami dimulai dari stasiun Cawang. Kami mengincar kereta CL pagi, yang jam 7 atau lebih awal, agar sampai di sana tidak terlalu siang. Untuk rekan-rekan yang pingin bepergian naik CL, ada baiknya ngecek jadwal kereta dulu di mari. Setelah perjalanan yang nyaman, empuk, dan ber-AC selama sekitar sejam lima belas menit, kami pun sampai di stasiun Bogor. Foto-foto dulu lah biar keliatan ndesonya, baru pertama kali menginjakkan kaki di stasiun Bogor:
Di gerbang setasiun
Karena sebelum berangkat tadi belum sarapan, maka sesampainya di stasiun Bogor langsung celingukan cari sarapan. Tidak jauh dari gerbang mata saya sudah tertuju pada plang CFC, wah enak nih kayaknya sarapan nasi pake chicken strip dan sup krim ayam nya CFC (menu andalan), tapi saya ingat ini lagi di Bogor, jarang-jarang kan ke sini, maka akhirnya kami pun memutuskan sarapan di pinggir jalan di mana ada yang dagang soto kuning dan toge goreng, dua dari sekian banyak kuliner khas kota ini.
Soto kuning (ayam)
Toge goreng
Bagi yang belum paham makanan macam apa itu sebenarnya soto kuning dan toge goreng, ijinkan saya ulas sedikit sebagai newbie yang juga baru pertama kali makan. Soto kuning itu menurut saya mirip-mirip soto betawi karena pakai santan, hanya saja warna kuahnya tidak putih keruh seperti soto betawi, melainkan kuning, yang disinyalir berasal dari kunyit. Soto kuning dijual dengan beberapa pilihan isi, bisa daging sapi, daging ayam, hingga berbagai jenis jerohan. Sementara untuk toge goreng, itu ternyata toge, lontong, dan tahu yang disiram bumbu kacang. Saya kurang paham kenapa dibilang toge goreng karena sepertinya makanan yang satu ini tidak digoreng sama sekali. Wallahu alam. Yang penting overall enak dan mengenyangkan, cukup ringan di kantong juga. Seporsi soto kuning plus nasi berharga 13ribu rupiah, dan sepiring toge goreng 10ribu rupiah.


Sudah isi perut, saatnya menikmati hawa Bogor pagi hari di kebun raya Bogor. Dari stasiun kami jalan sedikit ke istana Bogor, kemudian naik angkot 02 ke depan gerbang utama kebun raya. Ada dua hal yang saya lihat berbeda antara angkot Bogor dan angkot Bandung. Yang pertama, angkot di Bogor ternyata monokrom, alias cuma ada satu warna: hijau. Yang menjadi pembeda antara angkot dengan trayek berbeda hanyalah angka. Sementara angkot di Bandung kan beraneka warna, mulai merah, kuning, biru tua, biru muda, krem, cokelat, ungu, pink, komplit plit plit deh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyx_t87q7iqyY2t_tqh04H5WlI3ziYjBgbqSxkCZewfj26GWBoftQDlVGwFBUsGSN4eHEa8dvT7oWsePFddW_5M3s9w2uGIdmBS-dUGWOuSfNP66Oryq_MZVB1RFiSG57g4vbfqEXsC7Qm/s1600/angkot+bogor.jpg
Nggak ada menarik-menariknya nih ijo-ijo doang
Satu lagi perbedaannya, ternyata kalau di Bogor untuk jarak jauh maupun dekat tarif angkotnya dipatok dua ribu rupiah! Ya semacam kopaja atau metromini lah kalau di Jakarta. Sementara kalau di Bandung untuk jarak dekat kita masih bisa bayar seribu, sementara untuk jarak jauh misalnya dari kampus ITB ke rumah saya di Soekarno Hatta, bisa sampai 5ribu rupiah sekali jalan.


Sampai di gerbang kebun raya, langsung deh beli tiket. Sebelum ini saya gugling harga tiket masuk kebun raya masih 10ribu rupiah, kemarin sudah naik jadi 14ribu, entah sejak kapan itu naiknya.
Welcome!
Yak, selamat datang di kebun raya Bogor! Begitu masuk langsung disambut rimbunnya pohon di kanan kiri. Dari arah pintu masuk kami belok kanan dulu ke arah Taman Meksiko. Apa tuh isinya Taman Meksiko? Ternyata kaktus. Kaktus eeeverywhere. Berbagai jenis kaktus, mulai yang kecil sampai yang besar. Ada juga kaktus-kaktus yang lagi berbunga, dan yang saya baru lihat adalah, ada kaktus yang sedang berbuah! Penasaran gimana penampakan buah kaktus? Noh.
Buah kaktus
Selanjutnya dari Taman Meksiko, kami lanjutkan ke Taman Air. Sesuai dugaan, Taman Air ini isinya kolam teratai. Cukup unyu juga sih, soalnya ada air mancurnya. Ada juga pelataran unik dari batu-batu berwarna hitam putih yang membentuk spiral. Ada pohon besar juga di situ, di bawahnya ada bangku-bangku yang melingkar mengelilingi pohon. Waktu kami sampai situ, ketemu sepasang bule lagi bawa kamera SLR plus tripod, asik motretin teratai.


Lanjut jalan lagi, ke Koleksi Palem. Nggak terlalu menarik ternyata. Isinya ya palem. Udah sering liat palem di pinggir pinggir jalan, apalagi kalau di perumahan-perumahan, kan suka banyak palem tuh. Ya sudah lanjut teruus sampai ke.. Jembatan Merah. Jembatan merah kan di Surabaya? Ini beda lagi bro. Nggak bersejarah kayak yang di Surabaya, ini ya cuma jembatan yang membawa pengunjung menyeberangi sungai, dicat merah menyala sehingga bagus buat foto-foto.
Ini karakter rahasia partner jalan-jalan, kasian daritadi fotonya belum muncul
Di kebun raya Bogor ini ada sejumlah taman yang berupa lapangan rumput yang luas. Taman-taman ini memang ditujukan untuk piknik atau untuk acara-acara lainnya. Pengunjung yang piknik biasanya bawa tikar sendiri, bawa bekal makanan, dan bawa bola sepak untuk main bola. Waktu saya kesana juga ada acara jalan-jalan anak TK, family gathering suatu perusahaan, bahkan ada acara kawinan. Saya agak menyesali kostum yang saya pakai waktu itu, coba saya pakai batik, bisa numpang makan di kawinan kan.

Bagian yang cukup menarik lagi di kebun raya adalah Rumah Anggrek. Cukup mengesankan, anggrek dari berbagai jenis dan warna dikumpulkan dalam suatu kaca besar. Buat yang hobi motret bunga-bungaan, puas-puasin dah di sini.
Rumah Anggrek
Masih tentang hal menarik di kebun raya Bogor, ada yang namanya kolam teratai raksasa. Kolamnya kan yang raksasa? Ataukah teratainya? Yang kedua yang betul. Teratainya, tepatnya daunnya, karena saya lihat bunganya nggak besar-besar amat juga. Daunnya super lebar, bundar ceper, pinggirannya agak melipat ke atas, membuat saya teringat akan tutup botol(?).
Kolam teratai raksasa
Seberapa raksasa kah si daun teratai raksasa itu? Mari lihat perbandingan d bawah ini:

Daun teratai raksasa
Lihat bulatan putih kecil di tengah dan di pinggir atas dan bawah daun? Itu koin. Entah koin 200 atau 500an, pokoknya koin. Sudah cukup valid untuk dibilang teratai raksasa kan ya? Hehe. Oiya. Tidak cuma daun yang satu itu saja yang ada koinnya, banyak sekali ternyata koin yang dilempar hingga mendarat di daun-daun jumbo di kolam ini. Kenapa orang-orang melempar koin ke daun teratai raksasa ini, saya juga kurang paham alasannya. Masih misteri.

Ketika kaki mulai pegal-pegal, lelah dan haus, saatnya kami istirahat sejenak dan jajan. Tersebar di seantero kebun raya, ada kios-kios es krim cone buatan koperasi kebun raya Bogor. Harganya murah meriah, cuma 2ribu rupiah! Lumayan banget deh buat menyegarkan tenggorokan..
Jajan dulu gan
Kalau ke kebun raya kurang afdol kalau tidak berfoto dengan background istana Bogor. Dari dalam komplek kebun raya kita memang bisa melihat istana Bogor, walau dibatasi dengan danau dan pagar besi.
Istana Bogor, dari jauh
Tidak jauh dari lokasi berfoto dengan istana Bogor, ada tempat di mana kita bisa melihat bunga bangkai. Sayang sekali kami waktu itu belum beruntung, karena memang si bunga bangkai sedang tidak berbunga. Ya sudah kami langsung beralih ke wahana terakhir di kebun raya: Museum Zoologi. Museum ini berisi awetan berbagai jenis hewan, mulai dari serangga dan keong-keongan yang mungil sampai dengan mamalia-mamalia besar, semuanya ada. Bahkan ada juga kerangka paus dipamerkan di bagian samping museum.

Kerangka paus. Bukan, bukan Paus yang di Vatikan ya, bukan.
Setelah puas melihat-lihat isi Museum Zoologi, berakhir pula lah petualangan kami di kebun raya Bogor. Saat itu sudah jam makan siang, perut mulai krucuk-krucuk. Lekas kami sholat dhuhur, lalu beranjak dari kebun raya Bogor menuju petualangan selanjutnya: berburu kuliner.  

Keluar dari gerbang kebun raya, langsung masuk ke jalan Suryakencana, yang konon di sini ada banyak pilihan kalau mau merasakan kuliner Bogor. Benar saja, sepanjang jalan ini ada banyak rumah makan maupun kaki lima yang menyajikan makanan-makanan enak khas kota hujan ini. Tidak jauh dari mulut jalan, buat pecinta asinan sudah bisa mampir ke Asinan Gedung Dalam. Buat yang pingin soto kuning atau angsio, di sini juga pusatnya. Saya sempat gugling dan menemukan artikel tentang bakso kikil Suryakencana, tapi sayangnya kami nggak nemu waktu itu. Akhirnya malah mampir nyicip laksa Bogor di salahsatu warung laksa di Gang Aut.
Laksa Bogor, 10ribu rupiah
Laksa itu isinya lontong, toge, tahu, dan telur, disiram kuah laksa yang agak-agak mirip opor tapi agak manis. Sebagai pelengkap, ditambahkan kepyuran serundeng juga. Setelah makan laksa, lanjut ronde ke dua di bakso Malang Putra Arema. Kami pesan bakso bakar.
Bakso bakar, 10ribu rupiah juga
Saya kira bakso bakar bakalan kayak apa, ternyata itu tiga tusuk bakso, masing-masing tusuk ada 4 bakso yang dibakar. Disajikan persis sis sis seperti sate: pakai lontong dan acar dan bumbu sate. Haha. Harusnya namanya sate bakso ya. Rasanya gimana? Baksonya enak! Juicy, berbumbu. Mayan lah. Oiya. Di Putra Arema ini ada juga yang rada unik, mereka jualan bakso kotak! Kayak gini nih:
Bakso kotak o_o
Selesai ronde kedua, kami memutuskan beranjak dari Suryakencana. Tapi yang agak disesali, di jalan pulang kami malah nemu bakso kikil yang tadinya tidak kami temukan. Sepertinya tadi belum buka. Berhubung kami sudah kenyang, yah, berarti memang belum berjodoh dengan sang bakso kikil, lain kali lah ya..

Sepanjang jalan Suryakencana kami juga menyempatkan membeli minuman khas situ: Es Pala dan Bir Kocok. Karena ingin diminum sambil jalan, akhirnya kami beli di plastik saja.
Es Pala, 5ribu rupiah
Bir Kocok, 2ribu rupiah
Es Pala itu.. Ya Es Pala. Haha. Minuman dari sari pala dicampur air gula, plus buah pala nya juga. Menurut partner jalan-jalan saya, rasanya enak, segar, unik, tapi dia prefer menikmati minuman tersebut tanpa buah palanya karena rasanya aneh. Sementara minuman yang satunya lagi, bir kocok, itu sejatinya bukan bir. Menurut saya rasanya tidak ada bedanya dengan beras kencur..
 
Petualangan berburu kuliner masih berlanjut! Kami naik angkot 08 dari depan gerbang kebun raya, sampai ke mulut Jalan Pangrango. Jalan Pangrango ini juga salahsatu jalanan yang ramai turis gara-gara ada banyak tempat makan enak di situ. Sebut saja, Makaroni Panggang dan Lasagna Gulung, Klapertaart Huize, Pia Apple Pie, dan Kedai Kita. Mengingat kantong tidak mendukung untuk mengunjungi semua tempat itu sekaligus, maka kami hanya mampir ke Kedai Kita dan Pia Apple Pie.

Kedai Kita itu bisa dibilang salahsatu tempat makan yang tenar di Bogor. Menurut hasil gugling dan hasil rekomendasi teman yang memang penghuni Bogor, kalao ke tempat yang satu ini nggak afdol kalau belum mencoba pizza kayu bakar. Apa sih pizza kayu bakar itu? Ya pizza aja biasa, tapi dimatenginnya dibakar pakai kayu bakar. Baiklah! Kami memesan satu unit(?) pizza kayu bakar dengan topping BBQ smoked chicken seharga 57ribuan, sudah termasuk tax. Setelah menunggu beberapa lama, muncullah pesanan yang ditunggu-tunggu:
  
Super menggiurkan nggak pake bohong deh
Pizza nya lumayan besar, isinya enam potong. Rada beda dibandingkan pizza-pizza lain sebut saja Pizza Hut, pizza kayu bakar ini hampir tidak ada 'pinggiran'nya, full tertutup topping. Dan yang lebih wow lagi, toppingnya itu nggak pelit, malah numpuk, tebal! Keju mozarella nya juga royal. Menurut saya harga segitu dibayarkan untuk pizza seenak ini, worth it lah. :D
One slice is never enough
Setelah mencicipi satu slice pizza (sisanya dibungkus dibawa pulang ke Jakarta), kami beranjak ke Pia Apple Pie yang persis berseberangan dengan Kedai Kita. Pia ini tidak hanya menjual pie apel, melainkan juga berbagai jenis pie lainnya, baik yang asin maupun manis. Tapi tetap, buat saya produknya yang paling jadi signature ya pie apel nya. Kami membeli pie apel ukuran small seharga 31ribu kalau saya tidak salah ingat. Sudah naik lagi, terakhir saya beli harganya masih kepala 2. Yasudahlah, sudah terlalu ngidam :D
Pie apel bentuk hati. Cie.
Hari sudah mulai sore, membawa tentengan pizza dan pie apel, kami beranjak menuju stasiun lagi. Sengaja tidak membeli roti unyil, oleh-oleh wajib dari Bogor, karena memang sedang tidak ada yang ingin dioleh-olehi (baca: uang tidak cukup lagi). Naik angkot, turun di depan istana Bogor. Paginya kami juga lewat di depan istana Bogor, tapi di sisi lain nya. Nah di sisi yang ini kami bisa melihat halaman istana yang super luas, plus rusa-rusanya yang buanyaaak itu. Jiwa bocah saya meronta-ronta minta mampir foto dengan rusa istana. Akhirnya kami mampir, beli seikat wortel di penjual wortel di dekat situ seharga seribu rupiah, lalu memberi makan rusa unyu yang mendekat ke pagar istana. 
Rusanya unyu :3
Setelah itu kami langsung ke stasiun lagi, beli tiket, kembali menuju stasiun Cawang. :)
  
Demikian liputan perjalanan singkat kami ke Bogor. Cuma sehari, tapi capeknya lumayan. Kenyang dan buncitnya juga lumayan banget. Dan yang paling penting, refreshing nya itu loh. Hehe. 

Sekian dulu, nantikan cerita jalan-jalan berikutnya! Dadah! 


2 komentar:

Anonim mengatakan...

auul, kok kulinernya menggiurkan begituuuuu. aplgi toge gorengnya

auliadewantari mengatakan...

emang ya kuliner tanah air selalu menggiurkan mbak :D