Selasa, 23 April 2013

Berhati-Hati di Jalan Raya

Ini ceritanya jalan raya
Jalan raya itu tempat dimana kita harus sangat berhati-hati. Betul? Oh jelaas. Apapun status kita di jalan raya, baik sebagai pengendara, penumpang, maupun penyeberang jalan, asas hati-hati ini perlu dijunjung tinggi. Supaya apa? Ya supaya selamat, terhindar dari kecelakaan.

Tapi ada satu lagi jenis hati-hati yang belum terlalu dijunjung tinggi di jalan raya. Wah apa tuh? 
Berhati-hati menjaga mulut.
Apa? Gw harus dijaga? Kenapaaaa? Whyyyyyy?
Mongnaon ul, ini di jalan raya, bukan di forum diskusi, debat, silat lidah, adu argumen.. eits. Justru di jalan raya ini, menurut observasi saya, orang-orang sering tidak ada kontrol terhadap ucapan. 

Anda pasti mau tidak mau akan setuju bahwa di jalan raya orang-orang jadi lebih cepat terbawa emosi. Penyebabnya bisa apa saja, ada pengendara lain yang kebut-kebutan atau suka nyerobot, ada penyeberang jalan yang ngasal, angkot yang doyan ngetem dan berhenti mendadak, atau bahkan bunyi klakson mobil sebelah saja sudah bisa memancing emosi. Terlebih kalau ditambah kondisi jalan yang macet atau tergenang. Komplit.

Kalau sudah begitu, ujung-ujungnya gampang sekali muncul umpatan. Umpatannya apa saja? Yaelah masa iya harus disebut juga satu-satu? Ya misalnya binatang yang satu ini lah yang paling populer di dunia umpatan:
GUK!
Selain itu, umpatan juga bisa berbentuk hinaan terhadap pihak yang bikin emosi. Contohnya:
"Dasar bego!"
"Kalo nyebrang matanya dipake dong!" (?)
"Lu kaga bisa nyetir ya?!"
Dan sebagainya, pokoknya banyak deh.

Umpatan juga ada yang diucapkan keras-keras, tapi ada juga yang cuma dalam bentuk ngedumel sehingga cuma bisa didengar oleh penumpang, atau kalau tidak ada penumpang, Allah kan Maha Mendengar.

Padahal apa sih fungsinya mengumpat? Apa manfaatnya? Apakah setelah mengumpat orang yang diumpat itu bisa langsung menjadi tidak ngasal dalam berkendara, atau meminta maaf kepada kita yang merasa emosi karena mereka? Tidak. Apakah setelah mengumpat orang yang diumpat jadi sakit hati? Kemungkinan besar iya. Apakah setelah mengumpat kita jadi lega dan tidak emosi lagi? Malah tambah emosi. Jadi apa gunanya? Tidak ada.
Wailul likulli humazatil lumazah.. Celakalah setiap pengumpat dan pencela.. (QS Al Humazah: 1)
NAHLOH. Bahkan di Al-Quran pun diancam, celakalah! Seberapa celaka? Silakan lanjutkan ke ayat-ayat berikutnya di surat Al-Humazah tadi sampai selesai.

Sudah?

Makanya, sekali lagi kawan, berhati-hati lah di jalan raya.



*dan di tempat-tempat lainnya juga, tentu saja :)

Tidak ada komentar: