Kamis, 04 April 2013

Rembesan Air di Dinding Kamar Saya

Sebelumnya mohon maaf saya lupa motret evidence kejadiannya karena saat itu terlalu takjub.

Jadi beberapa hari yang lalu saya baru saja pulang ke kosan, seperti biasa. Seperti biasa pula saya berhenti sejenak di depan pintu kamar kosan, merogoh tas mencari kunci, lalu membuka pintu kamar. 
Cklik.
Assalamualaikum, lalu menyalakan saklar lampu. Cklik lagi.

Terlihat sajadah saya terbentang di depan lemari seperti biasanya. Tapi ada yang aneh dengan warnanya. Biasanya warnanya cokelat keemasan bercorak daun. Ketika itu coraknya tetap daun tapi warnanya jadi coklat tua!

Refleks saya mendongak, cari tanda-tanda bocor di atap. Nihil. Bingung, saya pegang si sajadah, basah. Saya angkat sedikit ujungnya, lantai di bawahnya basah. Tapi dari mana?

Kemudian saya lihat sajadah saya menempel ke dinding. Dan baru saat itu saya sadar.

Kapilaritas ternyata.

Akhir-akhir ini sering saya lihat dinding belakang kamar warnanya berbeda di bagian bawah. Harusnya putih, ini agak abu-abu. Penjelasan masuk akalnya, ada rembesan air di situ entah dari mana. Biasanya rembesan itu cuma selapis abu-abu di hamparan putih yang agak mengganggu pemandangan, tapi di hari itu si abu-abu mentransferkan air rembesannya ke sajadah saya. Bisa ya sampe kuyup begitu? Bisa aja wong seharian saya tinggalin nempel ke dinding yang ada rembesannya..




Jadi ingat hari pertama ngekos. Mikirnya, wah, oke nih kosan, fasilitas full, supernyaman, etcetera etcetera, bagus-bagusnya aja yang keliatan. Empat bulan ngekos, baru mulai menemukan cacat-cacatnya. Yang dinding ada rembesan airnya lah, yang air suka mati di saat yang tidak tepat lah, dan sebagainya.

Terus apa saya harus mengadu ke penjaga kosan? Atau cari kosan lain yang lebih oke nggak banyak cacatnya? Bisa sih. Tapi seberapa terganggunya sih saya dengan cacat-cacatnya kosan itu tadi?
1. Sajadah basah.
2. Air kadang tiba-tiba mati.
Ternyata tanpa mengadu pun saya bisa punya solusi untuk dua masalah di atas:
1. Besok-besok jangan letakkan sajadah menempel ke dinding belakang.
2. Setiap air nyala, isi ember sampai penuh, untuk cadangan air.
Putar otak sedikit, maka saya sudah bisa menyesuaikan diri. Nggak pake manja :p

Rumusnya sih: selama masih bisa beradaptasi, ya beradaptasilah!







So does in every relationship. One sometimes needs to adapt, because there will never be two perfectly match individuals. But most of them choose to give up, even if they are nowhere near their limit. It really is easy to give up.

The question is: how strong are you? ;)

Tidak ada komentar: