Ada hal-hal yang memang sulit berubah. Contohnya, tiga benda yang dari dulu setia menghiasi jendela kamar saya: frame foto, semprotan air, botol beling isi air dan tanaman sirih-sirihan.
Percaya ngga percaya, tanaman sirih-sirihan di botol beling itu masih tanaman yang sama yang pertama saya piara di kamar asrama sejak Agustus dua tahun lalu. Dia bertahan bukan karena saya telaten merawat, tapi memang sudah dari sananya robust. Semprotan airnya, itu saya beli dengan tujuan untuk nyemprot daun tanaman, daily. Walau realisasinya mungkin cuma saya lakukan sekali dua kali dalam satu semester.
Frame foto itu seingat saya hasil tukar kado. Walau ingatan saya agak blur tapi kayaknya tukar kadonya sama anak-anak sekelompok waktu INKM, semacam orientasi di awal masuk kuliah, tujuh tahun yang lalu. Saya bawa ke sini dengan tujuan mau diisi foto, mungkin foto keluarga atau teman, terus dipajang, buat penyemangat. Realisasinya nol. Kenapa nol? Karena saya males ngeprint fotonya. Selain itu, saya ngga punya obeng buat buka sekrup di belakang frame nya. Sesederhana itu.
Intinya, walau hampir ngga ada fungsinya, tetap tiga benda itu yang pertama saya tata di jendela setiap pindahan kamar. I get used to see them there. Sebenarnya kalau saya buang tanamannya, toh ngga menarik dan udah tinggal dikit daunnya, atau frame nya saya simpan saja di lemari, toh ngga guna dipajang kan ngga ada fotonya, mestinya ngga masalah. Mestinya. Teorinya.
Tapi kok ngga bisa ya. Saya sudah terbiasa. Kalau pulang ke kamar lihat jendela ngga ada mereka bertiga nangkring di situ, rasanya kok hampa. Lebay? Mungkin. Tapi manusiawi. Clingy itu manusiawi. Haha.
Sometimes some things or some people are being part of your routine, part of your life, for so long, that not seeing them creates a noticable gap that makes your day incomplete. People will question, or even you will question yourself, why. Why keep them? Padahal sadar kalau mungkin dari awal ngga terlalu ada manfaatnya. Atau ada manfaatnya tapi transient, makin lama makin discharging. Atau dari awal bermanfaat, tetap bermanfaat, tapi makin kesini makin banyak prioritas lain yang lebih penting buat diurus.
So, again, why keep them?
Well, to keep that gap filled. :D
I guess, as long as it's harmless. Both for you and others around you. If it's harmful, of course, screw your feelings, use your brain, throw them away as soon as you can.
So... I guess I'm keeping my window decorations.
And maybe some other stuffs.
I know we all do, we keep stuffs. But it's okay.
It's okay.