Rabu, 05 Februari 2014

Edisi Liburan: Busan, Day One

Weekend kemarin adalah salah satu dari dua libur besar yang bisa dinikmati oleh warga Kroya: tahun baru Cina! Atau bahasa gaulnya: lunar new year. Atau bahasa Kroyanya: Seollal. Buat orang-orang sini Seollal ini jauh lebih populer dan semarak dibanding event new year nya kalender Masehi. Biasanya pas liburan Seollal, orang-orang mudik ke kampung halaman, sowan ke keluarga dan sanak saudara. Pas hari H nya, pada pake baju adat Kroya yang super tenar itu, Hanbok, terus berkunjung ke kuil-kuil untuk berdoa minta rejeki di tahun baru.

Lalu sebagai mahasiswa galau di perantauan, apa yang saya lakukan di liburan Seollal kemarin? Liburnya lumayan panjang, mulai Kamis sampai minggu. Pada awalnya saya berniat membathang sepuasnya di kamar, beli KFC one bucket buat dimakan sendirian kemudian maraton film dan series sampe muak. Tapi tak dinyana ada temen ngajakin ikut tur ke Busan. Doi nemu tur ini di salah satu grup fesbuk. Harga paketnya 160ribu won, mencakup penginapan untuk tiga malam, transport pulang pergi, dan tur selama dua hari. Tapi urusan makan bayar sendiri lagi. Karena cukup menarik dan feasible dari segi isi kantong, membathang pun tinggal wacana. Cabutlah saya dan si temen ke Busan.

Kami berangkat dari Seoul jam 11 malem, hari Rabu, naik bis pariwisata. Saya sempet suudzon bakal macet parah gara-gara ada arus mudik Seollal, tapi salah besar ternyata. Lancar jaya! Seoul-Busan normalnya (katanya) 5 jam, waktu itu perjalanan cuma 5,5 jam. Sampe Busan baru setengah lima pagi, kami serombongan langsung ke motel, bagi-bagi kunci kamar. Btw saya dan si temen dapet kamar yang sekamarnya empat orang, room mate kami dua cewek bule, satu asal Amrik, satunya orang Irlandia. Lumayan banget ini liburan sambil sekalian mengasah ilmu conversation in English! Nggak usah pake les!

Pintu depan motel. Motelnya sederhana tapi nyaman! Kasurnya anget, ada tivi, ada hair dryer, ada alat buat masak air, kamarmandi pake air anget, disediain gayung, top deh.
Setelah melanjutkan bobok barang beberapa jam, saya dan si teman bangun dan cabs jalan-jalan keluar. Motel tempat kami nginep ini cuma beberapa(?) lemparan batu dari pantai Gwanganli, salah satu dari beberapa pantai yang ada di Busan. Pantai yang satu ini tenar gara-gara menghadap langsung ke jembatan Gwangan, jembatan yang dibangun di atas laut. Pantainya nggak terlalu lebar, tapi cukup panjang, mayan banget kalo buat jalan-jalan.

Pantai Gwanganli. Itu di seberangnya keliatan jembatan Gwangan.
Unyu banget lah pokoknya pantainya. Bersih, sepi pula nggak banyak pengunjung. Entah gara-gara ini lagi winter atau gara-gara liburan Seollal pada mudik nggak pada main ke pantai atau emang pantai ini nggak serame pantai lainnya, entah. Saya demen pantai yang sepi. Damai. Tenteram. Syahdu(?).

Burung-burung penguasa pantai Gwanganli. 
Walau cukup sepi manusia, kalo pagi-pagi pantai ini dipadati burung. Burung camar atau entah apalah itu yang putih-putih warnanya. Biasanya beliau-beliau ini anteng berjemur di pasir. Tapi sekalinya ada orang yang ngelempar snack udang (bisa dibeli di minimarket terdekat), langsung pada kalap ngerumunin si orang tadi. Di hari pertama ini saya nggak sempet ikutan ngasih makan burung, baru nonton saja.

Siapatau pada pengen liat penampakan room mate akyu.
Setelah lumayan puas mengalay di pantai, kami makan siang bareng di salah satu restoran pinggir pantai. Mereka jualnya burger dan pasta. Berhubung saya bukan fans nya roti-rotian, saya beli pasta. Spaghetti alfredo chicken kalo ga salah namanya. Enak! Krimi-krimi gitu, dikasi potongan ayam gede-gede pula. Dikasi roti bawang sepotong. Sayangnya saya jeda cuma tiga jam sebelumnya baru brunch dan masih cukup kenyang. Akhirnya nggak habislah si spaghettinya. :(

Maknyus.
Setelah makan kenyang, saya dan geng room mate pun cabs berpetualang. Jadi hari pertama itu cukup lowong. Tur baru dimulai besoknya. Si cewek Irlandia pengen beli tiket bis buat pulang, gara-gara di paket tur ini default pulangnya Minggu sore, dan si doi pingin pulang lebih awal. Jadilah, berbekal Busan Tourism Map hasil ngambil dari tourist information office, dan mampir minimarket terdekat buat isi T-money, cabutlah kami ke stasiun subway terdekat: Gwangan Station. Tujuan kami: Nopo Station. Di Nopo itu ada terminal bisnya Busan, beli tiketnya disitu.

Setelah sukses beli tiket, petualangan dilanjutkan ke salah satu kuil yang nampak menarik dan nggak jauh dari terminal bis: Beomeosa Temple. Dari Nopo Station cuma berjarak satu stasiun. Keluar stasiun jalan dikit, naik bis sekali (nomer 90 kalo nggak salah inget), turun di depan kuilnya. Oke nggak di depannya banget juga, masih jalan dikit lagi.

Jalan menuju kuil. 
Kuil yang satu ini suasananya menenangkan sekali, sodara. Pengunjungnya lumayan, nggak banyak, tapi nggak terlalu sepi juga. Walau begitu, rasanya kok lengang sekali. Kuil ini bentuknya semacam kompleks yang isinya banyak bangunan. Terus banyak undak-undakan, soalnya kuil ini dibangun di dataran yang nanjak gitu. Udara di sekitar kuil super fresh, dan di sana sini masih banyak pohon yang nampak berdaun padahal ini winter.

Gerbang depan.
Stairs, stairs everywhere.
Itu di dalemnya ada tempat berdoa a.k.a tempat pemujaan gitu. Yang boleh masuk cuma yang mau berdoa di dalem situ.
Ayo coba perutnya dikontrol ya bu.
Gerbang samping.
Sebelum gelap, kami cabs dari kuil dan balik ke Gwanganli. Dinner time kami isi dengan makan korean BBQ di salahsatu restoran pinggir pantai. Setelah itu saatnya menikmati pantai Gwanganli di malam hari!

Nyala!
Jembatan Gwangan ini kalo malem nyala, sodara-sodara! Baguus banget. Apalagi pada jam tertentu setiap malam (kira kira antara 9.30 dan 10 pm), si jembatan nggak cuma nyala, tapi lampunya juga bisa ganti-ganti warna, gerak-gerak, membentuk tulisan, nampilin gambar, dll. Keren banget pokoknya! Kamera saya nggak seberapa mumpuni buat moto di malam hari jadi disini keliatan nggak terlalu spektakuler, tapi percaya deh, jembatan Gwangan di malam hari itu super cantik. :"

Mbak-mbak yang di kiri itu lagi bikin semacem permen gitu.
Di sepanjang pantai nampak beberapa penjual kayak gambar di atas itu. Awalnya saya nggak ngeh itu jualan apa. Setelah agak didekati, kok customernya kayak malah lagi mainan plastisin. Setelah diperhatikan lebih seksama, ternyata si customer kayak dikasih bahan, trus bisa bikin semacam permen dengan bentuk sesuka mereka. Unyu juga. Tapi yang lebih menarik buat saya adalah onggokan benda berbentuk batang yang ada di sebelah kanan: kembang api! Akhirnya saya dan dua teman urunan beli satu kembang api buat disumet. Ledakannya kurang satisfying sih pada akhirnya, maklum murah. Tapi lumayanlah, itung-itung udah lama nggak nyumet kembang api. :3

"Make A Wish" lantern. <3 font="">
Yang nggak kalah unyu dibanding nyumet kembang api adalah.. Nerbangin lentera! Awalnya saya curious liat dari jauh ada orang-orang megang kayak putih-putih bisa nyala gitu, eh taunya lentera. Dan ternyata itu dijual. Jadi kita bisa beli lentera dalam beberapa pilihan warna (which is nggak ngaruh juga soalnya pas dinyalain warnanya keliatan sama aja), terus kita bisa nulis permintaan atau keinginan kita di selembar kertas. Ntar kertas itu ditempel di lentera, dan lenteranya dinyalain dan diterbangin. Jadi makin tinggi dan jauh si lentera itu terbang, makin besar kemungkinannya permintaan kita trekabul. Takhayul. Haha tapi yang penting fun! Kami urunan lagi beli lentera, diterbangin bareng. :D

My wish. Haha.
Lenteranya lagi dinyalain sama mas-mas yang jual.
Dadah lentera, terbang yang jauh ya.
Setelah lenteranya hilang dari pandangan, kami lanjut jalan-jalan, haha-hihi, foto-foto, dan diakhiri dengan makan es krim bareng. Habis itu pulang ke motel, menyimpan energi buat tur besok paginya.. 

Good night, Busan! See you tomorroooow~


Tidak ada komentar: