Selasa, 08 Januari 2013

Masak, masak..

Saya bersentuhan dengan yang namanya masak-memasak itu.. Sejak kecil. Bagaimana tidak? Saya dibesarkan dalam kondisi ibu saya tidak bekerja. Beliau menghandle sebagian besar pekerjaan rumahtangga, termasuk memasak. Tidak setiap saat di rumah saya ada asisten rumahtangga. Jadilah, saya dipekerjakan.

Tentu awal karir saya dalam memasak diawali sebagai pekerja kasar. Tugas saya di dapur waktu itu mencuci daging ayam, mengupas bawang, memukul-mukul daging biar empuk, dan sebagainya. 
Cuci ayam. Cukup malesin, karena memang habis itu tangan langsung bau ayam (yaiyalah)
Beberapa lama kemudian, tugas saya bertambah variasinya. Saya mulai lebih banyak diberi pekerjaan yang membutuhkan pisau --> mengupas dan memotong sayur-sayuran. Saat itu saya jelas masih newbie, belum se (agak sedikit lebih) expert sekarang, jadinya hasil kupasannya kurang efisien. Misalnya kupas kentang, daging kentangnya banyak ikut terkupas -_- Pun ketika disuruh memotong, misalnya potong kentang tipis-tipis untuk keripik, ukurannya tidak seragam. Ada yang tipis sekali, mudah gosong, ada juga yang terlalu tebal untuk bisa disebut keripik. Hahaha, yah, namanya juga belajar..

Saya jelas tidak semulus ini ya ngupas kentangnya
Berikutnya! Saya juga diberi tugas yang sampai sekarang masih cukup favorit: membuat sambal. Takaran bahan sambal sudah ditentukan oleh nyonya rumah, saya tinggal ngulek saja. Bagian yang menyenangkan ialah ketika saya bisa nyolek-nyolek sambal sambil ngulek. Yap, saya doyan sekali sambal, dari dulu, sampai sekarang. Bagian yang kurang menyenangkannya, ya.. Pegel bo, ngulek..
Salah satu bentuk exercise otot tangan
Satu lagi pekerjaan kasar yang jadi tugas saya adalah finishing cookies lebaran. Yang satu ini jelas kerjaan musiman, special edition hari raya. Dulu ibu saya selalu, tidak pernah absen, bikin kue lebaran. Kastengels, putri salju, kue kacang, nastar, dan kawan-kawannya. Jadi apa tepatnya tugas saya? Membentuk adonan kue. Sungguh butuh ketelatenan dan kesabaran loh sodara-sodara. Manual, handmade, tanpa cetakan. Bisa ditebak, hasilnya beda-beda ukuran. Dan bentuk. Haha..
Coba dulu bikin kue keringnya pakai cetakan begini, kan lebih nggak rodi :(



Tapi pada akhirnya, it's all worth it. Selama itu saya terus jadi pekerja kasar di dapur, dan teruus melakukan itu. Sampai lama-kelamaan saya terbiasa. Dulu awal-awal nyuci ayam, super jijik sama baunya, awal-awal pegang pisau masih super wagu (opo kuwi wagu? haha), bikin sambel hasil ulekannya masih kasar, bikin kue kering gak enak dipandang mata.. 

Sekarang? Ya masih gitu juga sih, hahaha. Enggak ding. Saya dengan bangga bisa menyatakan saya sudah jauh lebih oke dari itu. Berkat apa? Rodi. Eh bukan. Membiasakan diri. Tanpa saya sadari segala pekerjaan kasar itu tadi justru merupakan skill-skill penting yang dibutuhkan dalam memasak. Skill mencuci bahan makanan, mengupas, mengiris, ngulek, memperkirakan keseragaman ukuran dalam mengolah makanan, dan satu lagi pelajaran yang juga penting dalam memasak: sabar. :3

Tiap-tiap yang jago masak pasti juga mengawalinya dari pekerjaan-pekerjaan seperti ini. Saya sudah jago masak kalo gitu? Buset, belum. Perjalanan masih panjang. Yang penting terus rodi berlatih, sabar menghadapi halangan dan rintangan, dan suatu hari nanti..

Ya, suatu hari nanti deh, pokoknya~ :)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

suatu hari nanti boleh donk ya.. :)

auliadewantari mengatakan...

boleh opoo