Sabtu, 31 Desember 2016

Day #29 And #30: Goals For The Next 30 Days & Highs-Lows Of The Month

Let's get it done. Here's the list of my goals for next month.

  • Sleep early every night
  • Go to lab before noon
  • Figure out whether I want to go home for holiday or not
  • Finish the latest simulation thingy*
  • Get the measurement done for previous work*
  • Eat more fruit and vegetable
*this asterisk means work stuffs

Pretty standard eh.

Okay now, the highs and lows for this past month.

High:
  • Nice weather, surprisingly warm most of the time
  • Found a new favorite treat: creme brulee donut
  • Finally install FL studio

Lows:
  • Couldn't go to my cousin's wedding
  • Stuck at a drinking session, had to sneakily runaway and look for taxi to go back home
  • Friend of mine quit his PhD program, kinda made me down
  • Banda Neira was disbanded

That was it. Kejar tayang ya, macam sinetron. Ya berhubung ini hari terakhir di tahun ini, biar sekalian aja dikelarin si challenge nya. Fiuh. Finally.

Overall, writing challenge kali ini lumayan juga sih. Bikin jadi kebiasa nulis lagi. Tapi topiknya banyaknya tentang diri sendiri gitu loh. I mean, who in the right mind would want to read that? Tapi gakpapa, buat pemanasan. Mungkin berikutnya bakal cari writing challenge lagi yang rada lebih variatif temanya. Mungkin.

Anyhoo. Bye-bye 2016. Don't think that you're special, because you're not. You're just another passing year, ready to be replaced with the new one. Remember what Barney Stinson said:

"New is always better."

Sedikit tembang dari band yang baru bubar, untuk menemani akhir tahun anda, enjoy. :)





Jumat, 30 Desember 2016

Day #28: Things That Make Me Laugh Out Loud

It's not easy to make me laugh, let alone make me laugh out loud

*written laugh doesn't count, because believe me, even when I write 'hahahahahahahahahahahahahahahaha', I don't even grin

Tapi demi memenuhi si challenge ini, coba ya saya inget-inget lagi apa aja yang berhasil bikin saya ketawa  ngakak. Atau mungkin nggak ngakak tapi bisa sampe sakit perut.

*mikir*

Oke. Ini dia.

#1: Running Man


Yang akrab sama Korean reality show pasti familiar sama Running Man. Saya mulai nonton Running Man jaman kuliah, antara tingkat 2 atau 3, lupa. Inget banget waktu nonton episode awal-awal di kosan temen di Dago Asri, sekamar ngakak semua ngga berhenti-berhenti. Ah, good old days. Btw si Running Man kabarnya mau udahan Februari depan. Sedih sih. Tapi sebenernya tiga tahun ke belakang saya udah gak pernah nonton lagi juga. Jadi ngga sesedih itu juga. Haha.

#2: Clever lines/puns/jokes on movies or TV series


Mostly TV series. American/British TV series. Saya dari dulu kurang termotivasi untuk nonton serial Asia. Salah satu alasannya mungkin bahasa ya. Ada subtitle pun kurang puas. Kalo serialnya dalam bahasa Inggris kan jokes nya lebih dapet feel nya gitu. So far yang paling bikin ngakak itu The Simpsons sih. Serial lain macam Friends, The Big Bang Theory, How I Met Your Mother gitu kadang juga lucu, tapi nggak selalu. Kalo film, ini nih, belum lama ini saya nonton Harold And Kumar Go To White Castle. Rada ampas sih sebenernya filmnya, tapi banyak dialog yang lucu. Tapi ini bukan tipe film lucu yang bisa ditonton bersama keluarga ya. If you know what I mean.

#3: Ngobrol bareng anak STEI ex-3IPA1


Ini kejadiannya antara tingkat 1 atau tingkat 2, lupa. Saya juga lupa itu pas lagi ada acara apa. Eh. Apa mungkin lagi ospek fakultas ya? Pokoknya lagi banyak anak STEI ngumpul di selasar GKU Timur. Saat itu saya dan beberapa rekan: Ikey, Eme, dan Cura (yang nampang bawa gunungan di foto di atas adalah Cura), mojok di depan ATM, makan bekal sambil ngobrol. Mereka ini se SMA sama saya, kalo ga salah dulunya mereka di kelas 3IPA1. Saya udah lupa itu ngobrolin apa aja, yang saya inget cuma waktu itu kami keketawaan sampe sakit perut. 

Jaman kuliah dulu kan emang orang-orangnya beragam ya, multikultural. Tiap hari berusaha berbaur sama temen-temen dari segala penjuru, beda-beda pembawaan. Jadi sekalinya ada momen ngobrol sama temen-temen dari akar yang sama, rasanya kayak oase, effortless, jokes nya nyambung, ketawa juga lepas.

*ini btw saya nggak tau malu banget ya ngomong 'dari akar yang sama', padahal di Bandung juga cuma numpang hidup, orang Sunda aja bukan, haha

#4: MC makrab bintal Telkom OS 2013


Buat yang gak familiar sama kata 'bintal', bintal itu dari 'pembinaan mental'. Biasanya kalo kita ngelamar di BUMN, sebelum beneran masuk kerja bakal ada bintal dulu, agak kayak ospek semi-militer gitu tapi nggak ngeri-ngeri amat. Nah. Di hari-hari terakhir bintal kala itu ada acara makrab, malam keakraban. Saya udah lupa juga acara makrab ini isinya apaan aja. Nah, waktu itu yang jadi MC adalah dua rekan saya, Fadel dan Bobby. Saya bahkan ga inget mereka ngomong apa aja, bagian mana yang lucu. Yang saya inget cuma saya (dan peserta makrab lainnya) berkali-kali dibuat ketawa sampe rahang ini rasanya capek sekali. 

***

Okay. Those are the things that make me laugh. Out loud. Pretty sure there's more, but those are all I can think of, for now.

So how about you? 
What makes you laugh out loud?


Day #27: Some Things That Are Kicking Ass Right Now

Di challenge nya, perintahnya 'Conversely, write about something that's kicking ass right now.' Setelah agak dipikir-pikir, ini nyambung sama postingan sebelumnya. Yang sebelumnya kan kita disuruh nulis tentang sesuatu yang pingin kita improve dalam hidup kita, nah sekarang sebaliknya, kita kudu nulis tentang sesuatu yang lagi oke-okenya dalam hidup kita.

Haha. Lagi oke-okenya.

Tapi ngerti lah ya maksudnya.

Baiklah. Here's the list of things that are going great right now.

#1: Living alone suits me well

Saya dari kecil sampe kuliah selalu tinggal bareng keluarga. Belum pernah hidup sendirian. Sebenernya setelah lulus pernah ngerasain ngekos juga sih barang setengah tahun di Jakarta. Tapi feeling ngekos nya kurang dapet, soalnya tiap wiken juga pulang ke rumah.

Sekarang beda cerita. Gak bisa dikit-dikit pulang karena jauh dan mahal. Jadi akhirnya bener-bener ngerasain yang namanya hidup sendirian. Ada plus dan minusnya sih. Plusnya, everything is up to me. Minus nya, everything is up to me. Lah kok sama. Haha. 

Everything is up to me (+)
Mau ngapa-ngapain terserah saya, mau pulang malem atau mau main kemana aja ngga perlu laporan dulu, mau impulsif beli-beli hal-hal yang tidak substansial juga ga ada yang negur.

Everything is up to me (-)
Mau cari makan atau mau kelaperan di kamar terserah saya, mau rajin nyuci atau mau liat baju kotor numpuk terserah saya, mau tidur cukup atau begadang tiap malem juga terserah saya. Ngga ada yang ngeladenin, ga ada yang ngingetin.

But overall this is great. Yang ginian bisa bikin orang jadi lebih bisa ngurus diri sendiri. Karena memang ga ada pilihan lain. Haha. Besides, taking care of yourself somehow feels more satisfying than having to depend on others. Doesn't it.  

#2: Finding activities that (genuinely) make me happy

Dulu mah kan yang masuk kategori menyenangkan itu mesti yang melibatkan temen-temen, makan bareng, jalan bareng, karokean bareng. Sekarang jadi rada berubah, it's more about the what, rather than the where and the who. Saya jadi sering 'oh ternyata ini tuh asik ya, oh ini tuh seru ya, oh ini tuh menarik ya', dan seterusnya. 

Being with people is great, but with them, your definition of 'fun' is limited. It's only 'fun' when it's fun to do together, when everybody thinks it's fun, although sometimes it's just 'meh' for you. 

When you finally can be honest to yourself about what you really enjoy doing, well.. It's just, peaceful. 

#3: Fast internet

This is definitely one of the things I would really miss when I leave this place. 

#4: Being (kinda) calmer

I feel like there's a hot boiling rage inside of me, like, almost all the time. Don't know where it came from. Bright side is, I'll make a great Hulk. I'm always angry. Not so bright side is, a lot of effort is needed to repress it. 

Anyhoo. I think I'm getting better at it, the whole rage repressing stuff. Although I'm not sure if it's a good thing. Shouldn't I find out the reason of my rage and deal with it instead of repressing it? 

Haha. Ain't nobody got time for that.

Rabu, 28 Desember 2016

Day #26: An Area In My Life I'd Like To Improve

I want to stop being (overly) impulsive.

Especially on important decisions.

Kalo impulsif yang kecil-kecil mah gakpapa, justru yang begitu lah yang bikin hidup lebih berwarna. Misalnya lagi jalan-jalan gak niat belanja eh nemu buku menarik terus langsung dibeli gak pake mikir. Atau pulang kuliah tiba-tiba pingin es krim akhirnya beli es krim setengah liter buat dimakan sendiri. 

Contoh kasus impulsif jaman kuliah nih. Kan dulu di jurusan setiap wisudaan ada acara malam wisudaan gitu, atau syukuran wisudaan, suka disingkat 'syukwis'. Pernah suatu kali ketika H-1 syukwis, saya dan beberapa rekan menyusuri rentetan FO sepanjang jalan Dago. Awalnya gak niat beli, cuma mengisi waktu. Tapi kemudian nemu baju putih yang buat saya ketika itu adorable sekali. Langsung kepikiran 'wah bisa dipake buat syukwis besok nih'. Akhirnya langsung dibeli. 

Ini dia penampakannya:


Sorry this was the best pic I could find. Di foto yang lain bajunya gak keliatan sih, muka nya doang dominan. Jadi si bajunya ini sebenernya bentuknya kayak kemeja gitu, kancing depan, agak panjang tapi gak nyampe lutut. Sebenernya di bagian dada ada aksen lipit-lipit nya gitu, tapi gak keliatan ya, ketutup kerudung. Terus ini ada talinya gitu, bisa ditaliin ke belakang. Terus yang bikin jatuh cinta sebenernya bahannya. Jadi kainnya tipis (jadi mesti pake daleman lagi sih), terus ada pattern bunga-bunga nya. Warnanya super putih kayak yang di iklan-iklan pemutih pakaian itu loh. Buat saya kala itu, baju ini pokoknya udah super girly to the max. 

Si baju itu tadi akhirnya jarang dipake. Haha. Alasannya antara 'terlalu girly' atau 'males kudu pake daleman lagi' atau 'ah warnanya putih ntar cepet kotor'.

Same goes with those heels I bought impulsively. Ujung-ujungnya masuk kotak. Dikeluarin kira-kira cuma kalo ada kondangan.

But actually, being impulsive at spending your time and/or energy is way worse than being impulsive at spending money. You can earn more money, but you won't get the wasted time and/or energy back. True story. (insert Barney Stinson meme here)

To be honest I never really regret anything in my life. But I do wish I can stop being impulsive and take my time to think things through before making any important decision in the future. I'm getting old. Time is precious.

Well. Wish me luck.


Sabtu, 24 Desember 2016

Day #25: A Writing Inspired By The 11th Image

Hari ini topiknya kreatip juga ya. Jadi sebenernya instruksinya adalah, disuruh ngetik satu kata di gugel images, terserah kata apa aja. Terus habis itu kudu bikin tulisan berdasarkan gambar ke 11 yang muncul di gugel images tadi.

Nah kalo kayak gini enaknya sih pake kata yang bukan kata benda kali ya. Biar seru. Eh. Atau bisa juga kata benda, tapi yang nggak tangible. Nggak ada bentuknya gitu, nggak bisa dipegang.

*mikir*

Oke ini aja: 
Dream.

Coba kita liat gambar ke 11 nya apaan:


Gambar ke 11 nya ternyata ini nih:


Bagi para rekan sejawat yang sesama Potterhead, are you thinking what I'm thinking?

Begitu liat gambar di atas, saya langsung kepikiran ini nih, Mirror of Erised.

Jadi si Mirror of Erised ini adalah salah satu benda mejik yang diceritakan di buku Harpot, tepatnya buku pertama, Harry Potter and the Philosopher's Stone. Wujudnya kayak cermin kuno gitu setinggi badan, terus di frame bagian atas nya ada tulisannya:

Credit: http://amandaplease1023.deviantart.com/art/Mirror-of-Erised-515007465
Erised stra ehru oyt ube cafru oyt on wohsi.

Sepintas berasa kayak bahasa kuno dari antah berantah gitu ya. Padahal bahasa Inggris. Tapi kudu dibaca dari belakang. Jadinya gini:

I show not your face, but your heart's desire.  

Erised itu ternyata dari 'desire'. Jadi kalo kita ngaca di depan cermin ini, kita bakal bisa lihat hasrat terdalam di diri kita, di bayangan cermin. Oh iya bentar ngemeng-ngemeng tentang hasrat, jadi di buku Harpot yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, nama si cermin ini berubah jadi Cermin Tarsah. Tarsah itu 'hasrat' dibaca dari belakang. Haha. Agak-agak gimana gitu ya.

Oke balik lagi. Di gambar ke 11 di gugel images tadi kan ceritanya ada pion catur ngaca di depan cermin, tapi yang kelihatan di bayangan cermin bukan bayangan pion, melainkan raja. That's exactly how the Mirror of Erised works! It will show you what your heart really wants. In this case apparently the pawn wants to become the king.

Credit: https://www.pottermore.com/writing-by-jk-rowling/the-mirror-of-erised
Kalo di Harpot, ceritanya pas si Harry ngaca di depan cermin itu, yang dia lihat di cermin adalah dia lagi berbahagia bareng ortunya dan beberapa sanak sodara nya yang lain. Dia ketika itu status nya sebagai super lonely orphan gitu kan, jadi yang paling dia inginkan lebih dari apapun adalah bisa ketemu lagi sama keluarganya. Terus contoh lain, si Ron waktu ngaca disitu, yang dia lihat di cermin adalah dirinya sendiri, tapi agak lebih gede dan tinggi, trus di situ dia jadi ketua murid dan pegang piala Quidditch. Si Ron kan anak cowok paling muda di keluarganya, jadi yang paling dia inginkan adalah jadi sukses dan berprestasi biar nggak selamanya berada di bawah bayang-bayang abang-abangnya.

Ah terus gara-gara ini saya jadi liat-liat fan art yang berhubungan sama Mirror of Erised kan. Terus nemu yang bikin baper:

Credit: www.reddit.com/r/harrypotter/comments/1vxwox/art_the_mirror_of_erised_by_conniiption_xpost/
Oh ini nih lebih baper lagi:

Credit: http://viria13.deviantart.com/art/whole-world-in-a-mirror-253155132
If you know what I mean.

Duh. Tisu mana tisu. :(

Anyway.

So how about you, what would you see when you look in that mirror?


Jumat, 23 Desember 2016

Day #24: A Lesson I've Learned The Hard Way

Saya dulu jaman kuliah jarang banget nyentuh textbook.

Mulai dari TPB, pelajaran kalkulus, kimia, fisika. 

Padahal textbook sebenernya punya. Ya walau bukan buku asli yang beli di Elvira atau mungkin Gramed. Saya mah textbook nya KW super, keluaran Dunia Baru. 


Ah, Dunia Baru. Sakti emang. Kalo mau cari buku tinggal kasih liat foto cover depannya, terus ntar tiba-tiba dia udah nyodorin bukunya. Mejik. Atau kalo ternyata dia ga punya bukunya, asal kita sediain PDF nya, besok-besoknya udah jadi buku. Ya agak shady sih emang. Tapi mau gimana lagi.

Anyway. Jadi saya sebenernya ya punya, yang macam buku Halliday (Fisika), Brady (Kimia), Purcell (Kalkulus), tapi jarang banget dibuka. Seringnya palingan mengandalkan catetan kuliah. Oh kalo jaman TPB sih plus ini nih: bundel soal Gamais.

Mulai tingkat dua, udah masuk kuliah jurusan, setiap dosen nyebutin buku pegangan buat mata kuliahnya dia, selalu saya catet dan sebisa mungkin saya cari dan beli. Tapi ujung-ujungnya ya sama lagi, saya lebih mengandalkan catetan kuliah dan/atau diktat dari dosen yang basically isinya sama aja kayak catetan kuliah. Dan/atau slide kuliah.

Apa yang salah sih dengan catetan/diktat/slide kuliah? Haha ya nggak ada. Hanya saja, ternyata ngandelin catetan/diktat/slide doang itu ibarat nonton film Harpot tapi ngga baca bukunya. Jadi kayak cuma tau secuil, seuprit, ya kayak fenomena gunung es gitu lah.

Terus di tingkat atas juga ternyata ada juga bundel soal. Kumpulan soal-soal ujian dan kuis dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya kalo mau ada kuis, UTS, atau UAS, anak-anak pada ngerjain soal-soal dari bundel ini, dibahas bareng, diulang-ulang sampe lancar. Efektif sih seringnya, karena memang seringnya soal-soal ujian itu nggak jauh-jauh banget bedanya dari tahun ke tahun. Tapi ada jeleknya juga. Jadi kita akhirnya cuma bisa ngerjain soal yang mirip-mirip atau setipe dengan yang udah pernah kita lihat sebelumnya. Kalo soalnya divariasiin, langsung kebingungan. Apalagi kalo soal nya sama sekali baru, belum pernah liat, atau lebih tentang teori, wah modar ae.

Jadi di satu sisi sebenarnya bundel soal itu 'penyelamat'. Penyelamat IP. Kalo memang tujuannya yang penting lulus atau yang penting IP bagus, udah bener sih belajar aja dari bundel tiap mau ujian. Tapi di sisi lain, kita jadi gak mudeng apa sih sebenernya esensinya kuliah ini. Apa sih intinya yang kita pelajari semester ini. Ujung-ujungnya, ketika semester selesai, masuk semester baru, udah langsung lupa semua deh.

Dan saya baru sadar ketika saya kuliah lagi di tempat lain, dengan bidang yang masih sama. Ingatan tentang kuliah-kuliah jaman dulu udah kayak raib tanpa bekas gitu. Bahkan saya jadi merasa malu dan jijik sama transkrip sendiri. Haha. Ya karena nilai-nilai yang tertulis disitu nggak bisa dipertanggungjawabkan. Di atas kertas A tapi realita berkata E. Akhirnya ya jadi (lebih) struggle, kayak belajar dari awal lagi. Begitu.

Dulu kalo liat geng c*na pada belajar bareng bawa-bawa textbook tebel, saya dalam hati langsung 'whoa nerd alert'. Hahaha aduh kena karma.

Btw postingan kali ini rambling banget ya bahasanya. Biarinlah. Yang penting paham intinya kan. Shortcut itu efektif dan efisien. Tapi kalo yang kamu butuhkan adalah lebih dari sekedar lulus, please take my advice:

Take the scenic route. Read the book. 


Kamis, 22 Desember 2016

Day #22: First 10 Songs On My Shuffled Playlist

#1: My Everything (Glenn Fredly)


#2: Lose You (Pete Yorn)


#3: Honey (L'arc en Ciel & Nobuyuki Hirakura)


#4: One Is The Loneliest Number (Three Dog Night)


#5: Happy Birthday (Ten2Five)


#6: Mr Sandman (The Chordettes)


#7: Harmonia (OST Naruto)


#8: Best I Ever Had (Vertical Horizon)


#9: Long Night (The Corrs)


#10: I Write Sins Not Tragedies (Panic At The Disco)



Playlist nya jadul banget yak. Hahaha bodo amat. Beneran udah nggak paham sama lagu apa aja yang lagi in jaman sekarang. Udah mah gak pernah dengerin radio, (hampir) gak pernah nonton tivi, jarang keluar kamar. Palingan nemu lagu-lagu baru nya kalo pas nonton serial terus ada lagu yang enak di background nya, langsung dicari deh terus didonlot. Mislanya di list ini tadi nomer #2 sama #4 nemu pas nonton House. Terus nemu Mr Sandman pas lagi nonton The Simpsons. Sebenernya Mr Sandman muncul dimana-mana sih, gara-gara emang catchy. 

Ntar deh kalo ada mood rada-rada diperbarui lah playlist nya, biar seger. 

Ada rekomendasi?


Day #21: Three Lessons I Want My Children To Learn From Me

Dear possible future kid(s),

#1: Iqro'!

Bacalah! Membacalah! Nih ya, kalopun kamu dikasih sehat dan bisa hidup sampe 100 tahun lagi pun tetep aja pasti masih banyak buku-buku di luar sana yang belum habis kamu baca. Masih banyak cerita-cerita dan pengetahuan yang belum habis kamu lahap. So don't miss out on it, start reading as soon as you can, you don't know how much time you'll have. Dan lagi, banyak membaca bisa menghindarkan kita dari sifat yang naudzubillah sangat annoying, yaitu sok tau tapi banyak omong (which is so unbelievably common nowadays). Makanya nak, kalo kamu nanti lahir normal, punya mata yang berfungsi dengan baik, itu satu nikmat yang super banget luar biasa. Harus disyukuri, dan dipake. Buat hal-hal yang bermanfaat. Seperti membaca. Terutama membaca.

#2: Take charge of your life

Because it's yours and yours only. Jangan terlalu terpengaruh sama komentar orang lain. Kalo kata pepatah(?) mah: 



Lakukanlah hal-hal yang bikin kamu semangat buat bangun pagi setiap harinya. Yang memberi kamu alasan yang kuat untuk bertahan hidup sehari lagi. Dan sehari lagi. Dan sehari lagi. Coba deh bikin sendiri standar sukses mu, standar bahagia mu, standar cukup mu. Karena pada akhirnya, yang menjalani kan kamu. Ibaratnya kamu punya mobil, yang nyetir kamu. Orang lain kan cuma nebeng. Jangan mau lah diatur-atur sama tukang nebeng.

#3: Spend as much time as possible with your family, while you can

And by 'family' I mean your parents, and sibling(s). Time is one sneaky SOB, kid. Nggak kerasa tiba-tiba nanti kamu udah gede aja, udah sibuk ini itu, jarang di rumah. And there will be times when you would give anything just to have one peaceful weekend with your family, enjoying your mom's cooking at your parents' house, where you'd feel the safest, the soundest, not a single worry in your mind.


Sabtu, 17 Desember 2016

Day #20: Three Celebrity Crushes

Spending a lot of time in front of my laptop, I have plenty of celebrity crushes. But if I have to narrow it down to three, then I pick:

#1: Benedict Cumberbatch


Sebenernya pertama kali liat dia main di Sherlock versi TV series, kesan pertama: 'lah kok Sherlock nya baby face banget, gak cocok'. Tapi lama-kelamaan jadi 'I can't think of anyone better than him to play this role'. Habis itu liat dia jadi Smaug di The Hobbit, jadi Alan Turing di The Imitation Game, dan jadi Stephen Strange di Doctor Strange. Di setiap peran yang dimainkan, menurut saya trademark dia yang witty and sassy itu selalu kebawa. It could be both a good thing and a bad thing for an actor, but hey, as far as we fans enjoy it, it ain't matter! 

#2: Robert Downey, Jr.


Obviously kicking ass as Tony Stark. And pretty decent job as Sherlock, movie version. Although his version of Sherlock is a little (or a lot?) too badass, too much action. That is why I still like Cumberbatch's version better. But anyway, how about let's spend a moment just to thank god for creating such gorgeous creature as this one? 
Mengheningkan cipta, mulai.

Selesai.

#3: Josh Groban


Of course he has to be on the list. Kecengan sejak SMP ini. First time I listened to You Raise Me Up, I was hooked instantly. His voice is just, really, something. Plus, I always have a thing for men with curly hair. 

***

I was going to put Jensen Ackles on the list, but he is too pretty. Basa sundana mah giung. If I were asked to mention my Korean celebrity crush, it would be Gong Yoo. The guy starred at the newest zombie movie, Train to Busan. Indonesian celebrity crush? Hmm, maybe (still) Nicholas Saputra? Apalagi kalo versi rambut kriwil kayak di AADC yang jadul. See? I really do have a thing for men with curly hair.


Jumat, 16 Desember 2016

Day #19: A Discussion of My First Love

First love? As in 'the first person I was in love with'?

Ew. What if we start with 'My First Crush'?

Jadi pertama kali saya naksir orang itu ketika saya kelas.. nol besar. Atau nol kecil ya? Waktu TK. Haha. Masih unyu-unyu nya. Namanya Syahrul. Anaknya ganteng, putih, rambutnya lurus, matanya gede. 

Ah. Saya jadi inget pernah ada kejadian. 

Dulu waktu TK setiap mau pulang selalu ada berdoa bersama kan. Tapi suatu hari saya dan beberapa anak lainnya ketawa-ketawa cengengesan, ribut sendiri pas yang lain pada berdoa. Ujung-ujungnya kami disetrap, ga boleh pulang. Saya jadi ketinggalan jemputan. Anak-anak yang lain yang disetrap juga ternyata nggak pada ikutan jemputan, jadi mereka mah gak ada masalah. Ya akhirnya saya nangis karena ga bisa pulang, dan guru wali kelas saya dengan baik hatinya (dan mungkin karena kasian juga) nganterin saya pulang.

Kalo diingat-ingat bikin ketawa sendiri sih. Honestly at that time I was acting like a bad girl to impress my crush. Walau ujung-ujungnya disetrap, worth it. Habis itu jadi lebih sering main bareng dan cengengesan bareng. Haha. Ya ampun anak kecil.

Oke. Kalo naksir yang rada lebih intens mungkin jaman SMA. Kalo situ ngaku temen saya pasti tau sih ini kita lagi ngomongin siapa. Haha. Si orang ini (di mata saya kala itu) karismatik banget, bisa membuat dirinya didengar tanpa terlalu banyak effort. Plus he plays bass. So. Yeah.

Saya naksir si beliau dari kelas satu SMA sampe mungkin tingkat dua kuliah kali ya. Lupa. Seriously ul, five years? You must be in love with him. We're probably getting much closer to discussing the topic on this post's title than you think. Well my friend, you're wrong. I was not in love. Setelah ditelaah pake akal sehat, selama lima tahun itu isinya sebenarnya admiration yang berkembang jadi obsession. Mungkin pengaruh hormon ya, maklum masa puber (telat amat pubernya).

Aduh. Jadi kapan nih discussing first love nya? 

Apa ngga usah aja? 

Ngga usah aja lah ya. I'm not even sure if I've ever been really in love at all. Can't discuss something that doesn't exist, can I?

Or maybe it does exist, you just don't want to admit it. 

Oh shut up.


Kamis, 15 Desember 2016

Day #18: 30 Facts About Myself

Mari kita mulai. Hati-hati, long post.
  1. Saya dulu suka warna biru, karena saya pikir biru itu warna yang paling gak girly (saya dulu sok-sokan tomboy gitu kan). Tapi sekarang sih sukanya warna merah.
  2. Saya gak pernah jago olahraga. Tapi ada beberapa jenis olahraga waktu SMA yang skill saya nggak parah-parah amat: renang dan senam lantai.
  3. Waktu SMP saya paling seneng kalo pas ada pensi di sekolah. Saya semangat banget nontonin band-band manggung gak peduli muka kebakar matahari.
  4. Alamat email yang paling pertama saya bikin (sampe sekarang masih dipake buat login medsos) mencantumkan inisial kecengan saya jaman SMP.
  5. Saya paling anti telat dateng upacara jaman SD karena hukuman bagi yang telat biasanya disuruh bersihin toilet. Toilet di SD gelap dan agak ngeri gitu.
  6. Saya ga pernah mau gendong bayi orang. Karena entah kenapa saya merasa punya sifat destruktif(?), takut si bayi kenapa-kenapa di tangan saya.
  7. Saya jarang banget mau pake jahim atau jaket jurusan telkom di luar kampus karena saya kuatir berperilaku kurang terpuji dan mencoreng nama himpunan dan jurusan. Kuatir juga ketemu orang terus dapet pertanyaan teknis berhubungan sama elektro atau telekomunikasi tapi ga bisa jawab. Lagi-lagi bakal mencoreng nama himpunan dan jurusan.
  8. Saya orangnya lebih gampang deket ke senior ketimbang junior. Alasannya karena kalo berinteraksi sama junior itu rasanya ada beban tanggung jawab, ga bisa ngasal karena mesti jadi contoh yang baik (tsahh).
  9. Buah yang saya nggak doyan adalah nangka dan timun (eh timun itu buah apa sayur sih).
  10. Jaman SMP, sebelum punya HP dan komunikasi via internet juga belum booming, saya berkomunikasi sama sobat-sobat SD via surat. 
  11. Saya dulu suka nulis diary. Mulai dari kelas dua SD sampe tingkat satu kuliah. Terus habis itu stop sama sekali.
  12. Waktu SD saya kena demam Meteor Garden, terus jadi manjangin rambut biar kayak Sanchai.
  13. Waktu ujian praktek music ensemble jaman SMP saya main gitar Semua Tentang Kita nya Peterpan. Terus pas kelar dicegat sama kakak kelas yang anak band terus dibilang 'keren tadi mainnya'. Kemudian terharu.
  14. Saya anak sulung, adek saya dua, laki semua. Yang satu beda 3 tahun dari saya, satunya beda 7 tahun dari saya. Tapi begitu udah pada gede, seringnya orang awam ngira saya anak bungsu, punya kak cowok dua.
  15. Saya belum pernah sakit yang sampe harus rawat inap di rumah sakit.
  16. Waktu kecil mainan favorit saya building blocks macam Lego gitu. Bisa berjam-jam saya bikin rumah-rumahan atau bikin kota atau bikin kendaraan dari building blocks. Terus kalo udah kelar ngga dimainin, diliatin doang sambil tersenyum puas.
  17. Waktu TK saya pernah ikutan lomba mewarnai terus juara tiga. Dapet hadiah Indomie sekardus.
  18. Kadang kalo suasana hati lagi bagus, saya suka random ngejajanin orang.
  19. Saya nggak suka nulis pake pensil. Jadi setiap ujian tertulis saya gak pernah pake pensil, selalu pake pulpen. Terus tangan jadi sering belepotan tipex. Pensil itu cuma dipake buat ujian PG yang mesti ngitemin buletan-buletan. Sama buat ngegambar.
  20. Saya pernah kursus nyetir, kira-kira tingkat dua kuliah. Tapi habis itu males mraktekin. Akhirnya sekarang saya jadi satu-satunya yang ga bisa bawa mobil di antara semua orang di rumah.
  21. Saya gendut dari kecil. Masuk kelas satu SD aja berat saya 40 kilo.
  22. Waktu SD di Madiun, kegiatan favorit saya di jam istirahat sekolah adalah main bekel dan main lompat tali. Btw talinya bikin sendiri dari karet gelang yang disambung-sambung gitu kayak rantai.
  23. Mulai dari TK sampe lulus SD, ga peduli kota dan rumahnya pindah-pindah, saya dan adek-adek selalu didaftarin ke TPA terdekat. Jadi rutinitasnya, pagi sekolah, pulang siang, makan, bisa tidur siang dulu, terus sorenya ngaji ke TPA.
  24. Saya les bahasa Inggris di TBI sejak kelas satu SMP sampe kelas dua SMA. Dari level 3 sampe level 10. Waktu SMP sempat dapet guru native English speaker yang dreamy banget, matanya biru. Namanya Luke. Masa-masa diajar sama si Luke ini adalah masa-masa dimana saya paling termotivasi dateng ke TBI. Haha.
  25. Saya pertama pake kerudung pada suatu hari di kelas dua SMA. Hari itu saya ke sekolah pake baju seragam panjang plus kerudung karena emang wajib kalo lagi ada pelajaran agama. Terus pas pulangnya, di angkot tiba-tiba out of nowhere kepikiran 'kenapa ngga seterusnya aja'?
  26. Dulu jaman SMP setelah pertama kali kelar baca buku Harpot ke 4, saya pernah sok-sokan nulis fan fiction, Harpot buku ke 5 versi saya. Cuma dapet empat apa lima chapter terus udahan males nerusin. Saya amazed ketika ada satu detail di fan fic bikinan saya yang terealisasi di buku ke 5 versi JK Rowling: guru Defense of the Dark Art nya cewek. 
  27. Waktu TK saya ikutan ekskul menari, tarian tradisional. Suatu saat pas acara akhir tahun ajaran saya nampil, Tari Mendulang Intan, tarian dari Kalimantan. Kostumnya sederhana gitu ala istri nelayan pesisir, terus bawa-bawa kayak tampah gitu buat mendulang intan. Tapi ketika di backstage saya lihat grup dari kelas lain siap-siap bawain Tari Kipas, saya jeles karena kostum mereka jauh lebih bagus dan bling-bling. Akhirnya saya ngambek. Dan pas giliran saya nampil di panggung, saya cuma cemberut dari awal sampe akhir, kalo yang lain duduk ikut duduk, berdiri ikut berdiri, jalan ikut jalan, tapi ga ikutan nari.
  28. Kalo saya mimpi yang ngeri-ngeri, saya seringnya bisa sadar kalo itu mimpi dan berusaha bangun. Dan biasanya selalu berhasil kebangun.
  29. Waktu SMP karena peer pressure(?) saya jadi suka dengerin radio, 99ers. Terus ikutan kirim-kirim salam via sms gitu biar dibacain sama si Akay, penyiarnya. Setelah pernah dibacain sekali, terus habis itu udah puas, gak pernah kirim salam lagi.
  30. Bila kondisi memungkinkan, saya pingin jadi ibu rumah tangga.
Akhirnya kelar juga, lelah. Nih saya kasih bonus foto saya jaman dahulu kala.


Rabu, 14 Desember 2016

Day #17: My Zodiac Sign

Bener gak ya kepribadian kita dipengaruhi oleh zodiak? Haha.

Menurut saya mah yang membentuk kepribadian itu ya cuma dua: antara nature dan nurture. Nature itu sesuatu yang udah ada dalam diri kita sejak lahir, misalnya sifat-sifat yang nurun dari orang tua secara genetik. Sementara nurture itu sesuatu yang menerpa(?) kita dari luar, misalnya pengaruh lingkungan dan orang-orang sekitar. 

Nah. Posisi bintang-bintang di langit di hari kelahiran kita kan bukan sesuatu yang menurun secara genetik, dan bukan pula sesuatu yang menerpa(??) kita. Jadi mestinya prediksi-prediksi kepribadian berdasarkan zodiak itu kita perlakukan layaknya personality quiz yang suka ada di Buzzfeed (misalnya kayak 'what is your personality based on your favorite donut flavor?') aja. Buat lucu-lucuan bisa, jangan dianggap serius.

Anyhoo. Zodiak saya Aries.


Saya kok masih ngga mudeng ya gimana para ahli perbintangan ngasih nama rasi bintang. Aries itu dari bahasa Latin, artinya domba jantan. Tapi itu liat coba bintang-bintang nya, nggak ada mirip-miripnya sama domba. Tapi yang di gambar itu cuma bintang-bintang yang paling terang nya aja sih yang kelihatan. Mungkin kalo bintang-bintang yang nggak begitu terang nya bisa kelihatan juga, bisa aja agak mirip domba bentuknya.

Bintang yang paling terang, yang di tengah-tengah, ketiga dari kanan, itu namanya Hamal. Asal kata dari bahasa Arab, artinya domba. Sebelahnya Hamal ada dua bintang berdekatan, satunya namanya Sheratan, satunya Meshartim. Si dua bintang ini dijuluki 'qarn al-hamal' sama orang Arab badui. Artinya tanduk domba. Btw nih orang Arab badui itu adalah orang Arab yang hidupnya mengembara, nomaden gitu lah. Jadi mereka akhirnya akrab sama rasi bintang karena itulah yang mereka jadikan patokan buat menentukan arah.

Btw si dua bintang tanduk domba tadi, sebenarnya empat bintang. Karena si Sheratan dan Meshartim ini ternyata masing-masing merupakan binary star. Binary star itu dua bintang yang jaraknya deket (banget), saling mengorbit satu sama lain. Dari jauh mah kelihatannya kayak satu bintang aja gitu. 

Terus ternyata binary star itu juga macem-macem tipenya, tergantung ketauan binary nya dengan cara apa. Misalnya si Meshartim itu bisa dilihat pake mata (dengan bantuan teleskop gitu maksudnya). Sementara si Sheratan mau dilihat pake teleskop juga tetep kelihatan cuma satu bintang. Tapi ketika dicek pake spektroskopi (ngukur spektrum gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari si bintang), ketauan deh kalo doi sebenarnya dua bintang. 

Si Hamal, Sheratan, dan Meshartim tadi ternyata nama yang lebih formalnya adalah alpha-Arietis, beta-Arietis, dan gamma-Arietis. Alpha, beta, dan gamma itu A, B, dan C dalam bahasa Yunani. Jadi berarti bintang-bintang dalam satu konstelasi itu dikasih nama sesuai urutan mana yang paling terang ya. Yang paling terang jadi alpha, ranking dua jadi beta, ranking tiga gamma, dan seterusnya.

Fascinating, eh? Asik juga ya yang ginian. Jadi kepo kan, pingin tau lebih banyak.

Ah jadi inget, waktu kecil dulu saya pernah punya cita-cita jadi astronomer. 





Selasa, 13 Desember 2016

Day #16: Something That I Miss

I miss my college life.

Including:

Foto kelas di undak-undakan lapbas. 


Bergembira bareng adik-adik asuh. 


Nugas sambil pelesir.



Ritual Hari Kartini.


Rapat himpunan.


Doing my job as kuli ketik.


Ngerayain ultah orang.


Para perawan di sarang penyamun.


The Aulias. 


Traktiran ulangtaun. 


The trip to the zoo.


Residensi lab telematika. 

Girls' day out.


Jaket himpunan.


Acara malam wisudaan.


Arak-arakan. 


My supermodels.


Nongkrong di undak-undakan CC.


The boulevard.


The sweetest birthday cake.


Jadi pengen ke rumah Nobita mau masuk laci meja belajar. :(